Fenomena Anak Muda Anti Politik: Kritik untuk Sistem yang Tak Berubah

Potret anak muda Indonesia dengan ekspresi serius sebagai simbol generasi kritis yang mulai menjauh dari dunia politik konvensional.

Fenomena Anak Muda Anti Politik: Kritik untuk Sistem yang Tak Berubah

Anak Muda Mulai Menjauh dari Dunia Politik

Belakangan, muncul fenomena baru di kalangan generasi muda Indonesia: mereka mulai menjauh dari politik. Banyak yang menganggap dunia politik penuh janji palsu, korupsi, dan drama kekuasaan yang tak berkesudahan. Di media sosial, politik sering kali hanya jadi bahan sindiran atau lelucon, bukan ruang untuk berdiskusi secara sehat.

Namun, apakah ini berarti anak muda sudah tidak peduli dengan masa depan bangsa? Atau justru ini adalah bentuk perlawanan terhadap sistem yang dianggap rusak dari dalam?


Dari Aktivisme Jalanan ke Kritik Digital

Jika dulu mahasiswa dikenal turun ke jalan memperjuangkan keadilan, kini banyak yang memilih menyuarakan pendapat lewat media digital. Kampanye sosial, konten edukatif, dan diskusi online jadi wadah baru untuk berpolitik tanpa harus ikut partai.

Menurut laporan Katadata, sekitar 68% anak muda di Indonesia merasa politik masih dikuasai elit tua dan minim transparansi. Mereka menilai sistem politik belum berubah signifikan meskipun era sudah digital.


Ketidakpercayaan yang Tumbuh dari Kekecewaan

Fenomena anak muda anti politik ini juga bisa dilihat sebagai sinyal ketidakpercayaan yang dalam terhadap institusi pemerintahan. Banyak kebijakan publik dinilai tidak berpihak pada rakyat kecil, termasuk isu pendidikan dan kesejahteraan guru.

Beberapa waktu lalu, situs Guru Nakal juga menyoroti persoalan transparansi anggaran pendidikan yang masih menimbulkan ketimpangan di lapangan. Kondisi seperti ini membuat generasi muda makin skeptis terhadap peran pemerintah.


Harapan Baru dari Generasi Kritis

Meski tampak pesimis, banyak juga anak muda yang tetap peduli dan berjuang lewat cara mereka sendiri. Ada yang membangun komunitas edukatif, ada pula yang aktif dalam gerakan sosial dan lingkungan. Mereka tidak ingin sekadar mengeluh, tapi ingin membawa perubahan dari akar masalahnya.

“Keterlibatan anak muda bukan sekadar soal ikut pemilu, tapi bagaimana mereka memahami arah bangsa,” tulis Kompas.com dalam artikelnya.


Kesimpulan

Fenomena anak muda anti politik bukan sekadar tanda apatisme, tapi kritik terhadap sistem yang tidak berubah. Pemerintah dan partai politik harus mulai membuka ruang bagi ide-ide segar dari generasi muda.
Jika tidak, Indonesia berisiko kehilangan potensi besar dari generasi yang seharusnya menjadi motor perubahan.

Share this content:

Raymond Bell
Author: Raymond Bell

Post Comment

Loading...

You May Have Missed