Nasib Guru Honorer Usai 2025: Antara Harapan dan Ketidakpastian
Menanti Kepastian di Tengah Kabar Penghapusan
Menjelang tahun 2025, wacana penghapusan tenaga honorer kembali mencuat dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pendidik. Banyak guru honorer di berbagai daerah merasa cemas karena hingga kini belum ada kepastian soal nasib mereka.
Meski pemerintah berjanji akan mengalihkan tenaga honorer menjadi ASN PPPK, prosesnya dinilai lambat dan belum menjangkau seluruh daerah.
Beberapa guru bahkan mengaku sudah puluhan tahun mengabdi, tetapi belum juga diangkat. “Kami bukan menuntut kemewahan, hanya kejelasan status agar bisa hidup layak,” ujar salah satu guru di Jawa Tengah dalam wawancara lokal.
Upaya Pemerintah dan Realita di Lapangan
Kementerian PAN-RB sebelumnya menegaskan bahwa penghapusan honorer tidak berarti pemutusan kerja massal. Pemerintah mengklaim akan memberikan solusi, terutama bagi guru dan tenaga kesehatan.
Namun di lapangan, banyak guru yang masih belum menerima kabar resmi. Proses seleksi PPPK disebut tidak merata dan masih menimbulkan polemik.
Menurut laporan Kompas.com, per September 2025, masih ada lebih dari 700 ribu tenaga honorer di sektor pendidikan yang belum mendapatkan kejelasan status.
Perjuangan di Tengah Ketimpangan
Masalah guru honorer tidak hanya tentang status kerja, tapi juga soal kesejahteraan. Gaji yang minim, keterlambatan pembayaran, hingga beban kerja yang berat menjadi persoalan klasik yang tak kunjung selesai.
Situs Guru Nakal sebelumnya juga menyoroti soal transparansi anggaran pendidikan yang belum sepenuhnya berpihak pada tenaga pendidik.
Padahal, guru merupakan ujung tombak pendidikan nasional — mereka yang membentuk masa depan generasi muda.
“Jika guru terus diperlakukan tidak adil, bagaimana kualitas pendidikan bisa meningkat?” tulis salah satu aktivis pendidikan dalam forum diskusi daring.
Harapan di Tengah Ketidakpastian
Meski kondisi masih abu-abu, banyak guru tetap menunjukkan dedikasi tinggi. Mereka tetap mengajar meskipun honor belum cair, tetap hadir di sekolah meski status belum jelas.
Ketulusan mereka menjadi bukti bahwa pendidikan di Indonesia masih bertahan berkat semangat, bukan sistem.
Diharapkan pemerintah segera memberikan kejelasan dan kebijakan yang berpihak pada tenaga honorer, bukan hanya wacana politik menjelang tahun pemilu.
Kesimpulan
Nasib guru honorer 2025 masih jadi teka-teki. Antara harapan untuk diangkat dan ketakutan akan kehilangan pekerjaan, mereka terus berjuang di tengah sistem yang belum sempurna.
Sudah saatnya negara benar-benar menghargai pengabdian para guru bukan hanya dengan janji, tapi dengan kepastian dan kesejahteraan nyata.
Share this content:
Post Comment