Pendidikan Karakter di Sekolah, Fondasi Bangsa yang Terabaikan

Poster pendidikan karakter di sekolah yang menampilkan tangan siswa berwarna-warni sebagai simbol semangat membentuk moral dan kepribadian generasi muda.

Pendidikan Karakter di Sekolah, Fondasi Bangsa yang Terabaikan

Di tengah gempuran kemajuan teknologi dan perubahan sosial yang cepat, pendidikan karakter di sekolah kembali jadi sorotan utama.
Bukan tanpa alasan — meningkatnya kasus kekerasan, intoleransi, hingga perilaku menyimpang di kalangan pelajar menandakan bahwa sistem pendidikan kita masih lemah dalam menanamkan nilai moral dan empati.

Menurut data dari Kemendikbud, 3 dari 10 siswa di Indonesia pernah terlibat kasus perundungan selama masa sekolah.
Fenomena ini menggambarkan betapa pentingnya pendidikan karakter di sekolah bukan hanya sebagai mata pelajaran tambahan, tapi sebagai nilai hidup yang diterapkan setiap hari.


Peran Guru: Lebih dari Sekadar Pengajar

Guru kini tidak lagi hanya bertugas menyampaikan pelajaran, tetapi juga menjadi teladan moral dan pembentuk kepribadian siswa.
Seperti dijelaskan dalam artikel Krisis Moral di Sekolah, menurunnya etika di kalangan pelajar seringkali disebabkan kurangnya keteladanan dari figur di sekitar mereka.

Namun di lapangan, banyak guru yang menghadapi tantangan berat.
Status kepegawaian yang belum jelas, seperti yang dibahas dalam artikel Nasib Guru Honorer 2025, membuat sebagian pendidik kesulitan memberikan dedikasi maksimal.
Padahal, kualitas guru sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter siswa di sekolah.


Peran Orang Tua dan Lingkungan Sosial

Pendidikan karakter tidak bisa dibebankan sepenuhnya pada sekolah.
Orang tua memegang peran penting sebagai pendidik pertama dan utama.
Kebiasaan di rumah, pola komunikasi, serta pengawasan terhadap penggunaan media sosial sangat menentukan arah perkembangan moral anak.

Menurut Psikolog Anak dan Pendidikan, Seto Mulyadi, sinergi antara sekolah dan keluarga adalah kunci membentuk generasi muda yang berempati, disiplin, dan bertanggung jawab.
“Guru membangun pondasi nilai, tapi orang tua yang memperkuatnya setiap hari,” ujarnya dalam wawancara dengan Kompas.com.


Nilai-Nilai Karakter yang Harus Ditanamkan

Pendidikan karakter bukan sekadar teori. Nilai-nilai yang harus dihidupkan dalam setiap aktivitas belajar mencakup:

  • Empati dan Kepedulian Sosial – Mengajarkan siswa untuk memahami perasaan orang lain.
  • Disiplin dan Tanggung Jawab – Membiasakan anak untuk patuh terhadap aturan dan janji.
  • Kejujuran dan Integritas – Membentuk pribadi yang jujur, baik dalam belajar maupun bersikap.
  • Gotong Royong dan Toleransi – Membangun budaya kerja sama dan menghargai perbedaan.

Program seperti Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dari Kemendikbud seharusnya bisa jadi tonggak utama dalam mengimplementasikan nilai-nilai ini di setiap sekolah di Indonesia.


Harapan untuk Masa Depan Pendidikan Indonesia

Membangun karakter tidak bisa instan.
Dibutuhkan konsistensi, keteladanan, dan kebijakan yang berpihak pada guru dan siswa.
Pemerintah perlu memberikan perhatian lebih pada kesejahteraan guru, peningkatan pelatihan etika profesional, serta integrasi nilai moral dalam kurikulum Merdeka Belajar.

Dengan kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, pendidikan karakter dapat menjadi benteng utama dalam mengatasi krisis moral generasi muda.
Karena sejatinya, pendidikan sejati bukan hanya mencerdaskan otak, tapi juga menumbuhkan hati dan budi pekerti.

Share this content:

Raymond Bell
Author: Raymond Bell

Post Comment

Loading...

You May Have Missed