Sekolah Tanpa Internet: Potret Kesenjangan Pendidikan Indonesia di 2025

Ilustrasi sekolah tanpa akses internet yang menggambarkan kesenjangan pendidikan Indonesia di tahun 2025.

Sekolah Tanpa Internet: Potret Kesenjangan Pendidikan Indonesia di 2025

Meskipun pemerintah terus berbicara soal digitalisasi sekolah, kenyataan di lapangan masih jauh dari ideal. Hingga akhir 2025, banyak laporan terbaru yang menyebutkan bahwa banyak sekolah di daerah terpencil masih beroperasi tanpa akses internet sama sekali.

Menurut pemberitaan dari IndonesiaKini, sebagian sekolah bahkan masih mengandalkan sinyal dari bukit atau warung terdekat untuk mengunduh materi pembelajaran. Kondisinya ironis: di saat sebagian sekolah di kota menggunakan Chromebook dan aplikasi digital, sekolah di daerah 3T justru masih berjuang sekadar untuk “terhubung”.


Mengapa Masih Banyak Sekolah Tanpa Internet?

1. Infrastruktur Jaringan Belum Merata

Operator seluler kesulitan memasang BTS di daerah perbukitan dan pulau-pulau kecil.

2. Biaya Langganan Internet Mahal

Sekolah dengan dana BOS terbatas memilih memprioritaskan gaji guru honorer dan fasilitas lain yang lebih mendesak.

3. Perangkat Sekolah Tidak Mendukung

Laporan dari Kompas menunjukkan banyak perangkat bantuan pemerintah, termasuk Chromebook, rusak karena tidak ada teknisi atau baterai drop.

4. Keterbatasan Listrik

Beberapa sekolah hanya memiliki listrik dari genset, sehingga internet pun tidak stabil.


Dampaknya Pada Guru: Tidak Bisa Mengakses Pelatihan Digital

Platform resmi seperti Merdeka Mengajar sebenarnya disiapkan untuk membantu guru mengakses pelatihan mandiri.
Namun tanpa internet:

  • guru tidak bisa download RPP,
  • tidak bisa ikuti pelatihan daring,
  • tidak bisa mengisi administrasi berbasis online.

Bahkan pelaksanaan program nasional seperti Sulingjar dan ANBK sering terganggu karena jaringan tidak ada.


Dampaknya Pada Murid: Kesenjangan Belajar Makin Lebar

1. Murid Tidak Terpapar Teknologi Dasar

Studi dari Katadata menunjukkan bahwa murid di sekolah tanpa internet memiliki keterampilan digital jauh tertinggal.

2. Materi Pembelajaran Tidak Up-to-date

Guru kesulitan mendapatkan referensi terbaru karena semuanya berbasis online.

3. Motivasi Belajar Menurun

Banyak murid merasa sekolahnya “lebih tertinggal” dibanding sekolah di kota yang terlihat modern di media sosial.


Ironi Chromebook: Banyak yang Rusak, Tidak Terpakai

Dalam beberapa bulan terakhir, muncul keluhan dari berbagai sekolah bahwa perangkat Chromebook bantuan pemerintah:

  • tidak bisa menyala,
  • tidak bisa update sistem,
  • atau tidak punya teknisi untuk memperbaiki.

Tanpa internet stabil, perangkat itu akhirnya hanya jadi pajangan.
Fenomena ini mencuat juga di forum-forum guru dan diberitakan oleh beberapa media pendidikan nasional.


Apa Solusinya?

1. Pemerataan Infrastruktur Harus Jadi Prioritas Nasional

Tanpa internet, digitalisasi hanya slogan.

2. BOS Digital / Subsidi Internet Sekolah

Beberapa ahli pendidikan meminta pemerintah membuat skema subsidi khusus internet sekolah.

3. Pelatihan Guru Secara Luring

Jika internet tidak bisa menyentuh daerah tersebut, maka pelatihan offline berkala harus dilakukan.

4. Kemitraan dengan Komunitas & Pemerintah Daerah

Beberapa kabupaten berhasil membangun WiFi sekolah lewat CSR lokal.


Kesimpulan

Realitas bahwa masih banyak sekolah tanpa internet di 2025 adalah tamparan keras bagi dunia pendidikan Indonesia.
Jika internet sudah menjadi kebutuhan dasar belajar, maka kesenjangan digital adalah kesenjangan kualitas masa depan.

Selama akses internet belum merata, mimpi pendidikan digital hanya akan dinikmati sebagian kecil murid sementara yang lain hanya bisa menunggu.

Untuk pembahasan pendidikan lain yang kritis dan humanize, cek artikel lainnya di GuruNakal.

Share this content:

Raymond Bell
Author: Raymond Bell

Post Comment

Loading...

You May Have Missed