Kondisi Guru Honorer Semakin Berat di Akhir 2025

Guru honorer melakukan aksi menuntut kesejahteraan di tengah beratnya kondisi guru honorer pada akhir 2025.

Kondisi Guru Honorer Semakin Berat di Akhir 2025

Menjelang tutup tahun 2025, pembahasan mengenai kondisi guru honorer kembali ramai dibicarakan. Meski berbagai janji peningkatan kesejahteraan terus digaungkan pemerintah, realitas yang dihadapi para guru honorer justru semakin berat. Mulai dari gaji yang tidak layak, beban administratif yang makin tinggi, hingga ketidakpastian status kepegawaian yang belum kunjung selesai.

Laporan terbaru dari Kompas menegaskan bahwa sebagian besar guru honorer di Indonesia masih menerima honor di bawah standar UMK. Di beberapa daerah, gaji guru honorer bahkan tidak mencapai Rp500.000 per bulan, meskipun mereka mengajar penuh waktu dan memikul tanggung jawab yang sama dengan guru ASN.


Mengapa Kondisi Guru Honorer Memburuk di 2025?

1. Dana Daerah Tidak Mampu Menutupi Honor

Kesenjangan dana antar daerah semakin terasa. Daerah dengan PAD rendah kesulitan memberikan honor yang layak, sementara daerah kota memiliki peluang lebih baik.

2. Kuota PPPK Masih Jauh dari Kebutuhan

Meski pemerintah menambah kuota PPPK, data dari CNN Indonesia menunjukkan kebutuhan guru profesional jauh lebih besar daripada formasi yang tersedia.

3. Beban Administratif Semakin Bertambah

Guru honorer tetap harus:

  • membuat perangkat ajar,
  • mengisi platform digital,
  • menyusun laporan kelas,
  • mengikuti program sekolah berbasis proyek.

Semua itu harus dilakukan dengan gaji yang tidak sebanding.

4. Keterlambatan Pembayaran Honor

Banyak guru melaporkan honor yang telat dua hingga tiga bulan. Kasus-kasus seperti ini juga sering muncul dalam pemberitaan daerah di Suara.


Dampak Kondisi Ini Terhadap Dunia Pendidikan

1. Tingkat Stres Guru Meningkat

Banyak guru honorer harus mencari pekerjaan sampingan demi menutupi biaya hidup.
Ada yang menjadi ojek online, reseller, bahkan bekerja malam setelah mengajar pagi.

2. Guru Berpengalaman Mulai Tinggalkan Profesi

Fenomena “job shifting” meningkat drastis pada 2025. Guru honorer yang sudah mengabdi bertahun-tahun memilih pindah karena tidak sanggup secara finansial.

3. Kualitas Pembelajaran Terganggu

Dengan beban pikiran yang tinggi, konsentrasi mengajar menurun. Ini berdampak langsung pada kualitas pembelajaran murid.

4. Kesenjangan Antar Sekolah Makin Lebar

Sekolah di kota besar dengan fasilitas lengkap semakin maju, sementara sekolah pinggiran makin tertinggal.

Untuk wawasan lain soal dinamika guru dan pendidikan, lu bisa cek artikel terbaru di GuruNakal.


Bagaimana Guru Honorer Berjuang di Tengah Kesulitan?

1. Mengambil Pekerjaan Sampingan

Banyak guru mengajar pagi, jualan online siang, dan mengajar bimbel malam.

2. Bergabung dalam Komunitas Guru

Komunitas di Facebook, Telegram, dan WhatsApp menjadi tempat berbagi info PPPK, curhatan, dan saling mendukung.

3. Mengikuti Pelatihan Mandiri

Walaupun hidup sulit, banyak guru tetap mengikuti pelatihan online gratis melalui Merdeka Mengajar.

4. Mengandalkan Harapan pada Kebijakan Baru 2026

Banyak guru honorer berharap kebijakan rekrutmen PPPK 2026 lebih adil dan prioritas diberikan kepada guru yang sudah lama mengabdi.


Apa Solusi yang Bisa Didorong?

1. Gaji Minimum Nasional untuk Guru Honorer

Para ahli pendidikan yang dikutip oleh Kompas menyarankan adanya “gaji dasar nasional” agar nasib guru tidak bergantung pada kemampuan daerah.

2. Pengurangan Beban Administrasi

Guru harus diberikan ruang untuk mengajar, bukan terus dibebani laporan.

3. Pendataan Guru Honorer Secara Serius

Agar kuota PPPK tepat sasaran dan tidak memicu konflik.

4. Evaluasi Total Sistem Honor Daerah

Transparansi anggaran pendidikan perlu diperkuat.


Kesimpulan

Kondisi guru honorer di akhir 2025 mencerminkan ketimpangan dalam sistem pendidikan Indonesia. Mereka menjadi tulang punggung sekolah, tetapi justru menerima penghargaan paling sedikit.
Selama kesejahteraan guru honorer tidak menjadi prioritas, kualitas pendidikan sulit meningkat.

Jika kita ingin pendidikan Indonesia maju, nasib guru honorer harus dibenahi terlebih dahulu.

Share this content:

Raymond Bell
Author: Raymond Bell

Post Comment

Loading...

You May Have Missed