Buku Kurikulum Baru 2025 Belum Siap Didistribusikan, Sekolah dan Guru Kelimpungan
Implementasi Kurikulum Baru 2025 yang diatur dalam Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025 kembali menghadapi hambatan besar. Kali ini, banyak sekolah melaporkan bahwa buku teks dan modul pembelajaran kurikulum baru belum siap didistribusikan, meski tahun ajaran sudah berjalan.
Menurut pemberitaan dan laporan dari berbagai sekolah, guru terpaksa memulai proses mengajar tanpa buku panduan resmi. Banyak guru mengandalkan file PDF sementara, modul tahun lalu, atau materi mandiri. Kondisi ini membuat pembelajaran menjadi tidak konsisten antar kelas maupun antar sekolah.
Masalah ini memperparah kebingungan awal yang sebelumnya sudah terjadi terkait implementasi kurikulum baru, sebagaimana diulas dalam artikel kebingungan sekolah menghadapi Kurikulum Baru 2025.
Mengapa Buku Kurikulum 2025 Belum Siap?
1. Penyusunan Bahan Ajar Terlambat
Guru dari sejumlah daerah mengatakan bahwa dokumen final kurikulum baru diumumkan terlalu dekat dengan tahun ajaran baru. Akibatnya, penyusunan buku teks terlambat.
2. Distribusi Tersendat di Daerah
Beberapa sekolah di kota besar sudah menerima buku, tetapi sekolah pedesaan dan 3T belum tersentuh.
Distribusi tidak merata karena proses logistik menumpuk menjelang akhir tahun.
3. Modul Digital Masih Berantakan
Menurut laporan dari Kompas Pendidikan, beberapa modul digital belum lengkap, beberapa masih versi draft, dan sebagian tidak bisa dibuka di perangkat sekolah.
4. Belum Ada Kepastian dari Penerbit
Penerbit besar masih menunggu finalisasi isi buku dari pemerintah agar tidak terjadi revisi mendadak.
Dampaknya Pada Guru
1. Guru Mengajar Tanpa Pegangan
Guru harus membuat buku sendiri, merangkum PDF dari internet, atau memodifikasi materi lama.
Hal ini memperberat beban guru yang sebelumnya sudah penuh.
2. Perbedaan Standar Antar Sekolah
Karena tidak ada buku resmi, materi ajar di sekolah A bisa berbeda 180° dari sekolah B, meskipun kelas sama.
3. Penilaian Sulit Dilakukan
Tanpa buku standar, guru bingung menentukan indikator capaian dan rubrik penilaian.
Dampaknya Pada Murid
1. Murid Bingung dengan Pergantian Materi
Murid sering menerima tugas yang tidak sinkron antar guru dan antar kelas.
2. Tidak Ada Buku Pegangan di Rumah
Orang tua kesulitan membantu anak belajar karena tidak ada buku fisik atau buku digital yang jelas.
3. Tergantung Penuh pada Gadget
Banyak guru membagikan materi digital yang membuat murid semakin lama di depan layar, memperburuk fenomena digital fatigue yang juga sedang meningkat (lihat artikel: digital fatigue murid).
Bagaimana Sekolah Mengatasi Kekosongan Buku?
1. Menggunakan Modul Mandiri atau Komunitas
Komunitas guru mulai membuat modul bersama yang bisa digunakan sementara.
2. Mengambil Materi dari Platform Pembelajaran
Beberapa guru menggunakan materi dari platform resmi sambil menunggu buku fisik.
3. Konsolidasi Antar Guru Mapel
Guru-guru mapel berkumpul untuk menyamakan struktur materi dan indikator capaian.
4. Memberikan Informasi Jelas ke Orang Tua
Agar orang tua tidak bingung dan tidak salah paham bahwa sekolah menahan buku.
Apa yang Perlu Dilakukan Pemerintah?
1. Percepatan Distribusi Buku
Proses logistik harus dipercepat dan dibuat lebih transparan.
2. Modul Final Harus Disediakan Secara Gratis
Setidaknya PDF final harus tersedia sebelum buku fisik selesai.
3. Sosialisasi Kurikulum Harus Lebih Terstruktur
Tidak bisa lagi kurikulum baru diterapkan tanpa kesiapan buku dan perangkat.
4. Pastikan Buku Tersedia Sama Rata
Terutama untuk sekolah wilayah 3T agar tidak makin tertinggal.
Kesimpulan
Buku Kurikulum Baru 2025 yang belum siap didistribusikan menjadi salah satu hambatan terbesar implementasi kurikulum ini.
Guru harus mengajar tanpa pegangan, murid kebingungan, dan sekolah dipaksa berimprovisasi tanpa dukungan yang cukup.
Jika ingin Kurikulum Baru 2025 berjalan sukses, buku dan modul harus siap terlebih dahulu bukan menyusul setelah pembelajaran berjalan.
Share this content:



Post Comment