Susahnya Mencari Kerja di Indonesia Saat Ini: Realita, Penyebab, dan Jalan Keluar
Bayangkan kamu lulus kuliah dengan penuh harapan, mengantongi ijazah dan IPK yang baik. Tapi setelah berbulan-bulan mengirim lamaran, tak satu pun perusahaan memanggil. Cerita ini bukan fiksi—ini realita banyak anak muda Indonesia saat ini.
Mencari kerja di Indonesia telah menjadi tantangan nyata. Bukan hanya bagi lulusan baru, tetapi juga para pekerja yang kehilangan pekerjaan akibat efisiensi, pandemi, atau pergeseran kebutuhan industri.
Statistik yang Bicara: Pengangguran Masih Menghantui

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025, jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 5,35%, atau sekitar 7,4 juta orang. Ironisnya, sebagian besar berasal dari lulusan pendidikan menengah atas dan perguruan tinggi. Saat ini, mencari kerja di Indonesia bukan hanya membutuhkan pendidikan, tapi juga kreativitas dan kemampuan adaptasi yang tinggi.
Kenapa ini bisa terjadi? Bukankah pendidikan tinggi seharusnya menjadi jaminan masa depan yang cerah?
Akar Masalah: Kenapa Susah Cari Kerja di Indonesia?

1. Skill Tidak Sesuai Kebutuhan Industri
Banyak lulusan belum menguasai keterampilan praktis. Industri kini mencari kemampuan seperti digital marketing, coding, UI/UX, bahasa asing yang jarang diajarkan secara mendalam di kampus. Banyak lulusan merasa frustrasi karena meskipun mereka sudah kuliah bertahun-tahun, realita mencari kerja di Indonesia ternyata jauh dari ekspektasi.
2. Persaingan Ekstrem
Satu lowongan bisa dilamar 500 orang lebih. Perusahaan hanya akan memilih kandidat yang punya pengalaman, skill tambahan, dan soft skill unggul.
3. Perubahan Teknologi
Otomatisasi dan AI menggantikan banyak pekerjaan. Peran manusia mulai tergantikan sehingga susah untuk mencari kerja di Indonesia, terutama di bidang administrasi dan manufaktur.
4. Minimnya Lapangan Kerja Baru
Sektor seperti pertanian, perikanan, dan UMKM mengalami stagnasi. Sementara industri startup atau digital tidak bisa menyerap semua angkatan kerja.
Baca juga: Tips Interview Kerja untuk Fresh Graduate
Komentar Para Pakar
Aviliani, Ekonom INDEF:
“Yang dibutuhkan sekarang bukan sekadar mencari kerja di Indonesia, tapi menciptakan kerja. Generasi muda perlu didorong untuk berwirausaha dan menguasai skill digital.”
Airlangga Hartarto, Menko Perekonomian RI:
“Pemerintah sudah mendorong program Kartu Prakerja dan sertifikasi digital. Tapi yang terpenting adalah kemauan untuk belajar dan beradaptasi.”
Dampak Sosial dan Psikologis
Bukan hanya soal uang. Kesulitan mencari kerja juga memicu tekanan mental, rasa minder, kehilangan arah, bahkan depresi. Banyak anak muda yang akhirnya terjebak pada pekerjaan seadanya, atau malah menganggur bertahun-tahun.
Solusi dan Langkah Strategis
1. Upgrade Skill
Gunakan platform seperti:
Skill yang sedang dibutuhkan:
- Data Analysis
- UI/UX Design
- Bahasa Inggris & Mandarin
- Customer Support Tools (CRM)
2. Personal Branding
Bangun portofolio di:
- LinkedIn (jaringan profesional)
- Instagram/TikTok (untuk pekerjaan kreatif)
- Blog pribadi
3. Freelance dan Side Hustle
Coba situs seperti Fiverr, Sribulancer, Projects.co.id. Banyak pekerjaan remote dan freelance dengan bayaran lumayan.
4. Jelajahi Wirausaha Kecil
Mulai dari reseller, dropship, atau bahkan membuka jasa seperti desain, nulis caption IG, voice over, hingga jasa titip.
5. Ikut Program Pemerintah
- Kartu Prakerja
- Magang di BUMN
- Inkubator startup dari Kemenparekraf
Tips Mindset: Jangan Menyerah
Ingat, “kerja” tidak hanya berarti jadi karyawan. Dunia berubah. Freelancer, entrepreneur, dan content creator adalah profesi yang sekarang legit.
Gagal di 10 lamaran? Kirim 50 lagi. Kalah saing? Belajar lagi. Dunia kerja bukan hanya tentang “siapa yang paling pintar”, tapi siapa yang paling adaptif dan gigih.
Jika pekerjaan formal sulit didapatkan, maka freelance, part-time remote, atau digital micro-business bisa jadi solusi yang lebih realistis. Banyak Gen Z kini membangun karier sebagai penulis lepas, editor video, admin media sosial, bahkan sebagai virtual assistant.
Selain itu, tren digital saat ini memungkinkan siapa pun menjual jasa secara global lewat platform seperti Upwork, Fiverr, atau Sribulancer. Dengan membangun portofolio dan review yang baik, penghasilan dari pekerjaan ini bisa menyamai bahkan melebihi UMR.
Meskipun tidak seprestisius kantor konvensional, jalur ini bisa menjadi batu loncatan menuju kemandirian finansial dan kesuksesan jangka panjang.
Penegasan Akhir: Kerja Itu Hak, Tapi Usaha Itu Kewajiban
Di tengah kompleksitas dunia kerja hari ini, satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah: kerja adalah hak semua orang, tapi memperjuangkannya adalah kewajiban kita masing-masing. Pemerintah, dunia pendidikan, dan industri bisa berperan besar, tapi tanpa usaha dari diri sendiri—belajar, membangun koneksi, atau menciptakan peluang—jalan menuju pekerjaan akan tetap terasa sempit.
Mencari kerja di Indonesia memang sulit, tapi bukan berarti mustahil. Selama kita terus berkembang, membuka pikiran, dan tidak berhenti mencoba, jalan itu pasti ada. Kadang bukan soal siapa yang paling pintar, tapi siapa yang paling pantang menyerah.
Share this content:
1 comment