Digital Fatigue Melanda Murid di 2025: Tugas Digital Terlalu Banyak, Fokus Makin Menurun
Tahun 2025 menunjukkan tren baru yang mulai meresahkan dunia pendidikan: murid mengalami digital fatigue, yaitu kelelahan akibat terlalu sering berada di depan layar. Banyak sekolah melaporkan penurunan fokus belajar karena tugas digital semakin menumpuk.
Menurut laporan dari Kompas Pendidikan, murid kini menghabiskan 6–9 jam sehari menggunakan perangkat digital, baik untuk belajar maupun hiburan. Hal ini membuat otak mereka cepat lelah dan sulit berkonsentrasi dalam pembelajaran.
Fenomena ini makin terasa setelah perubahan kurikulum dan meningkatnya penggunaan perangkat digital dalam tugas harian. Masalah kelelahan belajar ini mirip dengan pola stres yang sebelumnya muncul dalam kasus lonjakan bullying di sekolah, di mana tekanan akademik dan digital turut memperburuk kondisi psikologis siswa.
Mengapa Digital Fatigue Makin Parah di 2025?
1. Tugas Digital Berlebihan
Banyak guru memberikan tugas melalui berbagai platform digital seperti Classroom, PDF, video, hingga kuis online. Orang tua dan guru mengaku jumlah tugas semakin banyak karena format digital mudah dibuat.
2. Durasi Layar Murid Sangat Tinggi
Riset literasi digital dari Katadata menyebutkan bahwa siswa Indonesia berada di jajaran teratas negara dengan penggunaan gadget paling intensif.
3. Tidak Ada Pemisahan Jelas Antara Belajar dan Hiburan
Karena tugas dan hiburan memakai perangkat yang sama, murid sulit mengatur ritme belajar.
4. Pembelajaran Digital Kurang Interaktif
Banyak sekolah hanya memindahkan metode lama ke format digital tanpa inovasi, sehingga murid makin cepat bosan.
Dampak Digital Fatigue pada Murid
1. Fokus Belajar Melemah
Guru melaporkan murid lebih mudah terdistraksi dan sulit menyelesaikan tugas secara tuntas.
2. Kesehatan Mental Terganggu
Murid menunjukkan gejala:
- mudah cemas,
- kurang motivasi,
- kelelahan ekstrem.
3. Penurunan Prestasi
Walaupun tugas semakin banyak, kemampuan murid memahami materi justru menurun.
4. Ketergantungan Gadget Bertambah
Beberapa sekolah bahkan melaporkan murid sulit dilepas dari HP meski saat jam belajar.
Bagaimana Sekolah Bisa Mengurangi Digital Fatigue?
1. Mengurangi Tugas Digital
Tugas lebih sedikit tetapi lebih bermakna.
2. Menyeimbangkan Aktivitas dengan Metode Offline
Sekolah mulai mengembalikan latihan tulis tangan, diskusi kelompok, dan eksperimen sederhana.
3. Menerapkan Screen Break
Istirahat layar setiap 25–30 menit terbukti mengurangi kelelahan mata.
4. Menggunakan Pendekatan Kurikulum Baru Secara Bijak
Kurikulum Baru 2025 sebenarnya mendorong pembelajaran mendalam yang lebih manusiawi, bukan memberi beban digital berlebihan.
Sekolah bisa melihat analisis lengkapnya di artikel terkait kebingungan sekolah menghadapi Kurikulum Baru 2025.
Kesimpulan
Digital fatigue adalah tantangan baru di era pendidikan digital.
Jika sekolah ingin pembelajaran tetap efektif, mereka harus menyeimbangkan penggunaan teknologi dengan aktivitas offline.
Tanpa itu, murid akan semakin sulit fokus, semakin cepat lelah, dan semakin kehilangan motivasi belajar.
Share this content:



Post Comment