Digitalisasi Sekolah di Indonesia: Solusi Modern atau Ancaman Baru bagi Guru?

Guru sedang mengajar di ruang kelas digital dengan perangkat tablet dan layar interaktif, menggambarkan penerapan digitalisasi sekolah di Indonesia.

Digitalisasi Sekolah di Indonesia: Solusi Modern atau Ancaman Baru bagi Guru?

Era Baru Pendidikan Digital

Perubahan zaman tak bisa dihindari. Saat ini, hampir semua sekolah di Indonesia mulai menerapkan sistem digitalisasi sekolah dalam kegiatan belajar mengajar.
Mulai dari ujian online, aplikasi kehadiran, hingga pembelajaran berbasis AI, semuanya dirancang untuk mempermudah proses pendidikan.

Namun, di balik kemajuan ini, muncul kekhawatiran baru: apakah digitalisasi sekolah justru menjauhkan esensi pendidikan sejati?


Antara Efisiensi dan Kehilangan Sentuhan Manusia

Banyak guru mengaku terbantu dengan teknologi, terutama dalam hal administrasi.
Menurut data Kemendikbud.go.id, penggunaan platform digital mampu menghemat waktu guru hingga 30% untuk pekerjaan administratif.

Meski begitu, sebagian guru merasa kehilangan kedekatan dengan murid. Proses pembelajaran yang dulu hangat kini berganti dengan layar dingin.
“Guru bukan hanya pengajar, tapi juga pembimbing emosional. Itu yang tidak bisa digantikan teknologi,” kata seorang pendidik dari Surabaya kepada Guru Nakal.


Kesenjangan Akses Teknologi

Salah satu masalah utama dalam digitalisasi sekolah adalah ketimpangan fasilitas.
Sekolah di kota besar mungkin sudah menikmati jaringan cepat dan perangkat lengkap, sementara sekolah di pelosok masih berjuang dengan sinyal lemah dan minimnya pelatihan teknologi.

Laporan Katadata.co.id mencatat bahwa lebih dari 45% sekolah di Indonesia belum memiliki akses internet stabil untuk mendukung pembelajaran daring secara efektif.
Hal ini membuat pemerataan pendidikan digital masih jauh dari kata ideal.


Guru di Tengah Arus Teknologi

Alih-alih digantikan oleh mesin, guru seharusnya menjadi jembatan antara siswa dan teknologi.
Digitalisasi bisa menjadi peluang emas bagi guru untuk memperluas metode belajar, asalkan didukung pelatihan dan kebijakan yang berpihak pada mereka.

Artikel Guru Nakal sebelumnya menyoroti pentingnya keseimbangan antara peran manusia dan teknologi dalam dunia pendidikan.
Dengan pendekatan yang bijak, teknologi justru dapat memperkuat peran guru, bukan menghapusnya.


Kesimpulan

Transformasi digital di dunia pendidikan bukanlah hal buruk — asalkan tetap mengutamakan manusia di dalamnya.
Guru perlu diberdayakan, bukan ditinggalkan. Sementara itu, murid harus dibimbing agar tidak sekadar melek teknologi, tetapi juga melek etika dan empati.

Pendidikan bukan hanya soal efisiensi, tapi juga tentang membentuk karakter manusia.
Dengan kolaborasi yang baik antara guru, pemerintah, dan teknologi, digitalisasi bisa menjadi masa depan cerah bagi dunia pendidikan Indonesia.

Share this content:

Raymond Bell
Author: Raymond Bell

Post Comment

Loading...

You May Have Missed