Tanah Pertanian di Daerah Pegunungan Sangat Cocok Untuk Ditanami?

Halo sahabat Gurunakal.com, bahasan kali ini membantu menjawab pertanyaan “Tanah pertanian di daerah pegunungan sangat cocok untuk ditanami?” Ayo perluas wawasanmu dengan membaca seluruh isi bahasan ini.


Tempat yang tinggi seperti pegunungan identik dengan keindahan alam yang mengesankan. Maka tak heran banyak orang yang suka berlibur atau mendaki pegunungan untuk menikmati keindahannya. Selain untuk berwisata, pegunungan juga identik dengan pertanian yang umumnya bersifat pertanian keluarga.

Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian atau FAO, tanah pegunungan telah lama melakukan sejumlah jasa ekosistem penting yang membantu memastikan keamanan pangan dan nutrisi bagi 900 juta orang yang tinggal di pegunungan di seluruh dunia dan memberi manfaat bagi miliaran orang lainnya yang lebih hidup di hilir.

Tanah Pegunungan


FAO mengatakan kalau tanah pegunungan secara umum didefinisikan sebagai tanah yang tidak berkembang, bersifat asam dan relatif tidak subur. Tanah pegunungan juga sangat beragam dan dapat bervariasi secara signifikan dalam area terbatas karena paparan dan kecuraman yang berbeda.

Lebih lanjut lagi disebutkan kalau secara umum, tanah pegunungan menjadi kurang subur dan kurang berkembang dengan meningkatnya ketinggian. Di daerah pegunungan yang dingin, siklus pembekuan dan pencairan mengurangi agregasi tanah dan, sebagai konsekuensinya, mengurangi stabilitas, kesuburan dan retensi air.

Menurut seorang tutor berpengalaman di Wyzant, pegunungan mengalami erosi yang sangat kuat yang menghancurkan lapisan batuan yang terbuka, sehingga terpotong-potong secara fisik dan kimia. Selanjutnya partikel batuan tersebut dipindahkan ke lereng karena gravitasi, air mengalir, dan lain sebagainya.

Pada akhirnya, partikel-partikel batuan disimpan di sungai / aliran lembah yang berdampingan dengan pegunungan di mana mereka menjalani pelapukan kimiawi dan mekanik lebih lanjut. Dengan demikian, tanah lembah akan selalu lebih kaya dan lebih subur daripada tanah pegunungan.

Pertanian Pegunungan


Menurut FAO, pertanian pegunungan sebagian besar adalah pertanian keluarga. Karena bidang tanah yang dapat digunakan tersebar di ketinggian yang berbeda, dengan banyak iklim yang berbeda dan penggunaan terbatas untuk mekanisasi, maka mengolah daerah pegunungan paling efektif dilakukan oleh pertanian keluarga.

Meski pertanian keluarga di pegunungan sangat beragam seperti halnya pemandangan gunung yang sangat banyak di dunia, tetapi pada saat yang sama, ada juga kesamaan. Sebagai contoh, pertanian pegunungan di Bandung identik dengan buah stroberi, sedangkan di malang dengan buah apel. Namun, keduanya sama-sama dikenal sebagai produsen sayuran untuk kota-kota besar di sekitarnya.

Budidaya tanah pertanian di pegunungan berbeda-beda tergantung ketinggiannya. Friedrich Franz Wilhelm Junghuhn, seorang ahli botani dan geologi berkebangsaan Belanda (sebelumnya Jerman) yang banyak melakukan penelitian di Indonesia hingga akhir hayatnya, membagi iklim berdasarkan ketinggian tempat ke dalam empat zona yang berbeda, yaitu zona iklim panas, zona iklim sedang, zona iklim sejuk, dan zona iklim dingin.

1. Zona Iklim Panas

Zona ini berada di ketinggian 0 hingga 600 meter di atas permukaan laut. Suhu di zona iklim panas berkisar antara 22-26 derajat Celsius. Beras yang kita makan sehari-hari adalah salah satu contoh hasil pertanian di zona ini. Tanaman lain yang dapat dibudidayakan di zona iklim panas adalah kelapa, karet, tebu, padi, jagung, tembakau, dan cokelat.

2. Zona Iklim Sedang

Zona ini berada di ketinggian 600 hingga 1500 meter di atas permukaan laut. Suhu di zona iklim sedang berkisar antara 17-22 derajat Celsius, sehingga tinggal di kawasan ini cukup nyaman (contohnya Bandung, meskipun sekarang sudah cukup panas, khususnya di daerah perkotaan).

Ada banyak tanaman yang dapat ditanam di tanah pertanian zona iklim sedang, termasuk buah stroberi, buah apel, berbagai jenis sayuran seperti kol, sawi, tomat, dan wortel, serta tanaman kebun seperti teh dan kopi.

3. Zona Iklim Sejuk

Zona ini berada pada ketinggian 1500 hingga 2000 meter di atas permukaan laut (mdpl), sehingga suhunya berada di kisaran 11-17 derajat Celsius. Di zona ini juga masih banyak tanaman yang bisa dibudidayakan di atas tanah pertanian, baik itu sayuran seperti kentang dan kubis maupun tanaman kebun seperti teh, kopi, dan kina.

4. Zona Iklim Dingin

Zona ini berada di ketinggian lebih dari 2500 meter di atas permukaan laut. Suhu di zona iklim dingin berkisar antara 6-11 derajat Celsius. Karena suhunya cukup rendah, tidak ada tanaman yang dapat dibudidayakan di zona ini. Namun kita masih bisa menemui beberapa jenis tumbuhan yang mampu bertahan hidup di zona iklim dingin, contohnya adalah lumut dan paku.

Kesimpulan


Jika gunung (pegunungan: barisan gunung-gunung yang terkait secara geologis) diartikan (dalam KBBI) sebagai bukit yang sangat besar dan tinggi (biasanya tingginya lebih dari 600 m), maka kita bisa mengambil kesimpulan dari bahasan kali ini.

Dengan demikian, mengacu pada zonasi iklim oleh Junghuhn, maka tanah pertanian di daerah pegunungan sangat cocok untuk ditanami buah stroberi, buah apel, berbagai jenis sayuran seperti kol, sawi, tomat, dan wortel, serta tanaman kebun seperti teh dan kopi pada ketinggian 600-1500 mdpl.

Lalu pada ketinggian 1500-2000 mdpl cocok ditanami sayuran seperti kentang dan kubis serta tanaman kebun seperti teh, kopi, dan kina. Dan masih banyak lagi berbagai jenis tanaman lainnya yang dapat ditanam di atas lahan pertanian di pegunungan.

Referensi


  1. “Mountain Farming | Family Farming Knowledge Platform | Food And Agriculture Organization Of The United Nations”. Fao.Org, 2020, http://www.fao.org/family-farming/themes/mountain-farming/en/.
  2. Rosalaura, Romeo dkk. Understanding Mountain Soils: A contribution from mountain areas to the International Year of Soils 2015. FAO, 2015.